Sejarah Batak Toba
Suku
batak toba adalah bagian dari suku batak yang berasal dari daerah di Sumatra
Utara, terutama berdiam di kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi
ajibata (berbatasan dengan parapat ), pulau samosir, Pakkat, serta Sarulla. Batak
ada 6 sub suku batak yaitu batak karo, batak pakpak, batak simalungun, batak
toba, batak angkola, dan batak mandailing. Kumpulan masyarakat ini disatukan
oleh kesamaan dalam hal bahasa, adat istiadat, dan dan juga kepercayaan bahwa
mereka berasal darisatu nenek moyang yang sama yaitu siraja batak. Masyarakat
batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras,
berani jujur dan pantang menyerah.keinginan untuk memperoleh kehidupan yang
lebih baik lalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai
keinginan seorang pemuda atau pemudi harus bersedia meninggalkan kampung
halaman tercinta untuk merantau ke negeri orang yang jauh. Akan tetapi
kerinduan terhadap kampong halaman masih akan selalu melekat didalam hatitak
heran saat ini banyak orang batak yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh
penjuru dunia.
Unsur Kebudayaan
1.Bahasa
Dalam
kehidupan dan pergaulan sehari-hari orang batak toba menggunakan logat toba.Berikut
percakapan dalam bahasa batak toba
Tulang :
ai hodo I rani ?
(ya…kamunya itu Rani ?)
Rani :
ido tulang.
(iya tulang)
Tulang :
addigan ho ro, base dang dipaboa ho tu tulang
Asa hu alap ho sian bandara.
(kapan kamu datang, kenapa tidak diberitahu
Tulang agar dijemput dari bandara)
Rani :
parepottu tulang, ai bapa do na mangalapi au
sian bandara
(terlalu merepotkan tulang, bapanya yang
Menjemput aku dari bandara)
Tulang :
oh….ido
(oh….iyanya)
Rani :
olo tulang
(iya tulang)
2.Kesenian Suku Batak Toba
Orang batak dikenal sebagai pecinta
musik. Hampir semua sub suku memiliki
jenis kesenian yang unik dan berbeda dengan sub suku yang lainnya.kesenian
orang batak toba sendiri cukup beragam mulai dari tarian, alat music dan
jenis-jenis nyanyian. Tarian yang menjadi ciri khas orang batak toba adalah
tari tor-tor dengan berbagai jenis nama tari untuk berbagai jenis kegiatan yang
berbeda-beda. Nyanyian andung/ratapan adalah salah satu jenis nyanyian yang
secara khusus dunyanyikan pada acara dukacita atau menggambarkan suasana hati
yang sedang berduka dan sedih.
Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat
Batak Toba
1.Mangarisika
Merupakan kunjungan pihak laki-laki
untuk memberi tanda holong(tanda mau) kepada pihak wanita.jenis pemberian tersebut
dapat berupa kain ataupu cincin emas.
2.Marhusip
Pembicaraan antara kedua belah pihak
yang melamar dan dilamar.
3.Marhata
Sinamot
Yaitu membicarakan masalah uang jujur
(tuhor).
4.Pudun
Sauta
Artinya pihak laki-laki mengantarkan
wadah sumpit yang berisi nasi dan lauknya.
5.Martumpol(dibaca:martuppol)
Persetujuan oleh orang tua kedua belah
pihak atas rencana pernikahan anak mereka.
6.Martonggo
Raja atau Maria Raja
Adalah kegiatan pra-pesta untuk
mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pesta tersebut.
7.Manjalo
Pasu-pasu
Parbagason (pemberkatan pernikahan).
Setelah itu maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri.
8.Pesta
Unjuk adalah Suatu acara sukacita atas
pernikahan putra putri mereka.
Tata Upacara Kematian Batak Toba
Dalam tradisi batak toba, upacara adat
kematian dibagi berdasarkan usia dan statusnya.untuk yang mati ketika masih
dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapat perlakuan adat (langsung
dikubur tanpa peti mati), tetapi mati ketika masih bayi (mate poso), mati saat
anak-anak,mati saat remaja,dan mati saat dewasa tetapi belum menikah semuanya
mendapat perlakuan adat yang mana mayatnya ditutupi selembar ulos.
Ulos penutup mayat tersebut untuk yang
mati saat bayi berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk yang mati saat
anak-anak ulos diberikan oleh tulang.sedangkan untuk yang mati saat telah
berumah tangga tetapi belum memiliki keturunan disebut mate
paralang-alangan,mati saat telah berumah tangga dan sudah memiliki anak yang
masih kecil-kecil disebut mate mangkar,mati saat telah memiliki anak yang sudah
dewasa dan suda ada yang kawin tapi belum bercucu disebut mate hutanggaenon,
mati saat bercucu tetapi masih ada anak yang belum menikah disebut mati saur matua,dan mati saat anaknya semua sudah menikah dan
sudah memberi cucu bahkan cicit disebut mati saur matua bulung.
3.Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat toba saat
ini bermata pencaharian sebagai petani, peladang dan wiraswasta. dalam
berwiraswasta bidang usaha yang banyak dikelola oleh masyarakat adalah usaha
kerajinan tangan seperti usaha penenunan ulos, ukiran kayu, dan ukiran
logam.saat ini sudah cukup banyak juga yang memulai merambah ke bidang usaha
jasa. Masyarakat tradisional batak toba bercocok tanam padi di sawah dan juga
mengolah ladang dengan cara berpindah-pindah. Sebelum teknologi pengolahan
pangan mencapai daerah tano batak, hasil tanaman padi di sawah hanya dapat
menghasilkan panen satu kali dalam satu tahun. Hal ini di sebabkan oleh
pengolahan tanah yang tidak begitu baik, irigasi yang terbatas dan juga tanpa
penanganan tanaman yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan
tanaman di ladang,hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu
kemudian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan
dan berpindah ke ladang yang baru. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini
adalah tebu, tanaman obat, sayur-sayuran dan mentimun. Demikian juga pohon aren
yang sengaja ditanam di tengah ladang untuk menghasilkan tuak, sejenis minuman
beralkohol yang mana menjadi kesukaan masyarakat batak.
4.Sistem Pengetahuan
Orang
batak juga mengenal system gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam yang
mana dalam batak toba disebut “marsiurupan”. Sekelompok orang tetangga atau
kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara
bergiliran.
5.Sistem Kepercayaan
Umumnya
orang batak percaya pada kekuatan di alam dan kekuatan benda-benda yang di
keramatkan. Orang batak juga percaya akan adanya hubungan antara orang hidup
dengan orang mati.salah satunya aliran kepercayaan yang masih bertahan hingga
kini adalah aliran kepercayaan parmalim. Kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat batak toba adalah kepercayaan terhadap Mulajadi Na Bolon yang
dipercayai oleh batak sebagai dewa tertinggi mereka:pencipta 3 dunia:dunia atas
(banua ginjang), dunia tengah (banua tonga), dan dunia bawah (banua toru).banua
ginjang dikuasai oleh Batara guru dan banua tonga dikuasai oleh Mangala
bulan.selain itu orang batak juga mempercayai akan adanya tondi (jiwa) dan
begu(arwah) disekeliling tempat tinggal mereka.
Dalam system adat-istiadat orang batak
dikenal adanya Dalihan Na Tolu yang berarti tiga nan satu.dalihan na tolu
berasal dari kata “dalihan” yang berarti tungku dan “na tolu” artinya nan
tiga.tungku nan tiga melambangkan terdapat tiga tiga buah batu sebagai tungku
yang menopang kuali(lambang kehudupan sehari-hari). Hal ini mencerminkan
kehidupan sehari-hari orang batak yang ditopang oleh prinsip Dalihan Na Tolu.
System dalihan natolu menentukan kedudukan, hak dan kewajiban orang batak dalam
lingkungannya.
Dalihan
na tolu(hula-hula, dongan tubu, dan boru).
Hula-hula
Hula-hula
ini dimaksudkan keluarga dari pihak istri dan juga semua orang batak toba yang
memiliki marga yang sama dengan nama marga dari istri.artinya semua yang satu
marga dengan pihak istri tersebut merupakan hula-hula dari pihak istri
tersebut. Hal ini dimaksudkan dengan tetap mengingat bahwa suku batak toba
adalah penganut konsep patrilineal. Sehingga hula-hula ini merupakan posisi dan fungsi yang paling
tinggi dalam system kekerabatan orang batak toba.hula-hula juga disebut sebagai
raja.disebut memiliki posisi yang sangat tinggi karna mereka diyakini sebagai
pancaran (emanasi) dari debata mula jadi nabolon.akan tetapi, sekalipun
mereka(hula-hula) dikatakan sebagai posisi dan fungsi yang paling tinggi dalam
system kekerabatan budaya orang batak toba, bukan berarti bahwa orang lain itu
lebih rendah dalam arti harkat dan martabatnya
Sebab
pada saat yang sama, orang lain itu juga memiliki dan mengemban posisi sebagai
hula-hula dalam lingkup keluarganya dengan orang lain.sehingga setiap orang itu
adalh hula-hula di dalam konteks dan lingkup keluarga mereka masing-masing.
Oleh karna itu hula-hula itu harus dihormati, dihargai, dijunjung tinggi dan
bahkan “disembah”. Sikap terhadap hula-hula ini dirangkum dalam ungkapan “somba
marhula-hula” ungkapan somba marhula-hula memaksudkan sikap sujud dan tunduk
terhadap hula-hula.sikap ini dituju dan dilakukan oleh pihak boru.sikap sujud tersebut
merupakan balasan dari perlakuan sayang yang senantiasa diberikan oleh pihak
hula-hula kepada borunya.Salah satu contoh penerapan prinsip Dalihan Na Tolu
dapat dilihat dalam penggunaan ulos yang erat kaitannya dengan kehidupan adat
orang batak toba dengan maupun sub suku yang lainnya.dalam masyarakat toba
pemberian ulos ditujukan sebagai perlambang yang akan mendatangkan kesejahteraan
jasmani dan rohani yang mana ulos dipakai untuk acara khusus saja.
Dongan tubu
Dongan
tubu merupakan kerabat langsung yang berasal dari ayah yang sama dan atau yang
memiliki marga yang sama sekalipun tidak berasal dari ayah yang sama. Dongan
tubu merupakan kelompok yang terdiri atas satu marga yang sama, dapat dikatakan
bahwa mereka ini adalah kumpulan abang-adik atau adik-kakak.sistem kekerabatan
ini secara normatif dihayati sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
umpasa khas batak toba, yakni “manat mardongan tubu.”
6.Sistem
Alat dan Teknologi
Masyarakat
batak toba telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang
dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul,
bajak(tenggala dalam bahasa karo), tongkat tunggal dan sabit.Masyarakat batak
toba juga memiliki senjata tradisional yaitu piso surit(sejenis belati), piso
gajah dompak(sebilah keris yang panjang), hujur(sejenis tombak), podang(sejenis
pedang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan hasil tenunan yang
memiliki banyak fungsi dalam adat toba.
Sistem
teknologi pada orang batak toba cukup unik dengan adanya rumah batak yang
menjadi arsitektur kebanggaan mereka.rumah batak ini dibangun dari bahan-bahan
alami seperti ijuk,kayu dan batu.orang batak memiliki kegemaran dan keahlian
mengukir sejak lama.hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh bentuk
peninggalan perhiasan yang ditemukan oleh para ahli. Material yang di ukir
adalah kayu dan juga logam.
7.Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Masyarakat
suku batak toba memakai hubungan social antar marga dengan segala hak dan
kewajibannya dalam berinteraksi.maraga memberikan kedudukan terhadap setiap
individu dalam suku batak toba.marga yang didapatkan dari setiap keturunan
dalam keluarga suku batak toba adalah marga dari ayah dengan demikian ada
kesiimbangan hubungan antara perorangan dengan kelompok yang menganut garis
keturunan dari bapak. Misalnya, seorang ayah yang bermarga hutasoit menikah
dengan ibu yaitu boru silalahi, maka anak mereka akan memakai marga hutasoit.
Untuk seorang wanita yang menikah dengan yang bukan semarga dengannya akan
menjadi bagian dari pihak laki-laki yang akan menjadi suaminya. Wanita tersebut
akan kehilangan segala hak dan kewajibannya dari marga asalnya.namun marga asal
tetap mendapat kehormatan dalam keluarga pihak laki-laki tersebut.
Orang
batak menganut system kekerabatan yang menghitung garis keturunan secara
patrilineal, yaitu memperhitungkan anggota keluarga menurut garis keturunan
dari ayah. Orang-orang yang berasal dari satu ayah disebut paripe (satu
keluarga) yang mana pada orang karo dsebut sada bapa (satu keluarga), sedangkan
pada orang simalungan disebut sepanganan.bermula mereka hidup dalam perkumpulan
yang terdiri dari kelompok-kelompok kekerabatan yang mengusut garis keturunan
dari ayah dan mendiami satu kesatuan wilayah permukiman yang dikenal dengan
huta atau lumban.biasanya kesatuan kekerabatan itu berpangkal dari seorang
kakek yang menjadi cikal bakal dan pendiri permukiman, karenanya juga disebut
saompu.hubungan social dengan sesama marga diatur melalui hubungan perkawinan,
terutama antara marga pemberi pengantin wanita
(boru) dengan marga penerima pengantin wanita (hula-hula).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar